MENGINGAT MATI

Seorang ulama pernah berkata “Selain Allah sesuatu yang paling sering dilupakan manusia adalah kematian.” Padahal kematian menjadi sebuah fenomena nyata yang selalu disaksikan manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Kematian keluarga, tetangga, atau orang-orang yang tidak kita kenal yang dapat diketahui dari berita-berita kematian diberbagai media masa, selalu terjadi setiap saat
Begitulah kenyataannya, pengalaman manusia ketika ditinggalkan mati oleh sanak kerabatnya jarang sekali bisa membuat ia sadar bahwa ia juga akan seperti yang meninggal itu. Ketika ia turut mengusung keranda jarang sekali ia merasa bahwa pada suatu saat ialah akan diusung begitu. Pada saat ia ikut meletakan atau menyaksikan sang mayit diletakan dalam rongga sempit dalam tanah, ia tidak berfikir bahwa ia juga nanti pasti akan mengalami hal serupa.
Banyak manusia yag tidak sadar bahwa detak jantung yang berlalu, denyut nadi yang bergetar, serta detik detik yang terlewat sesungguhnya merupakan langkah-langkah pasti yang akan semakin medekatkan kita pada titik takdir kematian.
Karena tidak disadari, maka kematian datangnya tampak selalu mendadak. Banyak terjadi , manusia yang dicabut nyawanya dalam keadaan sedang bergembira ria. Kemanapun kita berlari dan dimanapun kita berada, mati akan datang merenggut . Orang atheis atau orang kafir ada yang tak percaya adanya Tuhan, namun ia percaya pada kematian. Ini suatu kepastian “(Ilmu Pasti)” namun rahasia waktunya ada ditangan Sang Khalik Robbul Alamin. Kita hanya antri menunggu giliran. Allah berfirman :
“ Katakanlah Sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan di kembalikan ke Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata .“( QS. Jum’ah : 8)

Dan ketika kematian itu datang maka berakhirlah segala cita-cita dan rencana serta kenikmatan yang telah dan tengah dirasakan manusia. Ada orang bijak yang mengatakan, secara global sesungguhnya Allah hanya memberi satu nikmat saja kepada manusia, yakni nafas. Begitu nafas berhenti, maka berhenti pula berbagai kenikmatan yang ada
Itulah sebabnya mengapa Nabi mengatakan bahwa sesuatu yang bisa memutus segala kenikmatan adalah kematian. Meskipun secara hakiki hanya Allah yang mencabut semua itu. Anehnya, sesuatu inilah yang paling sering tidak diingat manusia
SEBAGAI NASEHAT
Seringkali gebyar atau gelamour kehidupan duniawi mudah membuat kita terlena. Apalagi ketika begitu semakin banyak perlengkapan hidup dengan segala macam kemajuan, hati-hati , kemudahan, dan kenikmatanya yang semakin mengepung dan menjerat kita di masa modern ini. Semua itu kerap menggoda dan melalaikan manusia. Muncullah berbagi prinsip hidup sesaat seperti : Materialisme (hidup hanya untuk tujuan mencapai kemajuan materi), Hedonisme (hidup hanya untuk mencapai kesenangan), Permisivisme ( Hidup serba membolehkan apa saja) dan lain-lain yang sejenisnya.
Dalam keadaan seperti itu, nasehat seperti apapun biasanya tak lagi di gubris. Tapi ingatlah setiap kita memiliki penasehat yang sangat ampuh, yaitu kematian. Bila sejenak merenungkan kematian yang sewaktu waktu. Pasti akan datang, pasti akan lebih hati-hati dalam melangkah.
Rosulullah saw bersabda : “Cukuplah kematian itu sebagai penasehat” (HR. THabrani dan Baihaqi)
Sudah semestinya kita mengingat akan datangnya musibah terbesar itu. Seketika itu, Suami, Istri anak dan keluarga tersayang akan terpisah, pangkat jabatan yang diduduki akan hilang, harta yang dikumpulkan akan hilang, dan bahkan nyawa yang dicintai akan lepas. Melalui pintu kematian kita akan meninggalkan alam dunia yang fana ini menuju akherat yang selamanya (abadi). Dengan demikian, orang yang melalaikan datangnya kematian, berarti kehilangan panasehat terbaiknya. Kehidupanya akan mudah tergoda dan terperosok dalam kelalaian.
Keterlenaannya menegejar kehidupan dunia, kenikmatan sesaat dan bermegah-megahan membuatnya lalai mempersiapkan bekal akherat hingga kematian menjemput. Akibat lalai dengan nasehat kematian, akhirnya hanya berujung kepada penyesalan di neraka jahim. Allah berfirman :



“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui( akibat perbuatan itu), dan janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka jahim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yakin’, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (QS. At Takastur: 1-8)
MANUSIA CERDAS
Kereteria manusia cerdas yang sering diinginkan dan dibayangkan kebanyakan orang adalah memiliki IQ tinggi. Menguasai IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi), kreatif, inovatif dan semacamnya. Agar anaknya menjadi seperti itu orang tua tak segan-segan mengeluarkan beaya tinggi sampai meyekolahkannya keluar negeri atau kemana saja.
Barangkali bila hidup itu didunia saja, gambaran yang demikian itu ada benarnya. Tetapi hidup didunia itu hanyalah teramat sangat singkat rata –rata ummat Muhammad SAW atau ummat akhir zaman umurnya (60 – 70) tahun, sebentar dibandingkan dengan kehidupan abadi diakherat. Yang selama-lamanya (~) sama dengan zero atau nol (tak ada apa-apanya).
Kalau diformulakan dalam bahasa Matematikanya adalah ( 70 / ~ = 0 ) . Karena itu kualitas manusia cerdas yang seperti itu belumlah lengkap. Apa artinya seorang yang berhasil mengumpulkan berbagai prestasi dunia; harta berlimpah ruah, jabatan berderet-deret bila setelah mati tak berguna justru membawa sengsara selamanya diakherat ?
Rosulullah memberikan rumusan yang lain, bahwa manusia cerdas ialah yang terbanyak ingatanya kepada kematian serta terbanyak persiapanya untuk menghadapi kematian. Dengan mengingat mati, kehidupan didunia dikelola,( dimenej) tidak hanya sebagai kesenangan tetapi juga menjadi ladang beramal baik sebanyak-banyaknya. (Contoh para nabi dan sahabat mereka, bekerja, berumahtangga, bermasyarakat, sukses berjuang, berkorban didunia dan dapat garanti jaminan di akherat).
Dengan mengelola keseimbangan hidup diperoleh kemuliaan dunia dan keselamatan di akherat. Dia sangat menyadari perjalanan di akherat yang jauh dan abadi tentu membutuhkan bekal yang jauh lebih banyak lagi, dibandingkan di dunia. Karena itu kecerdikan yang sering dipahami manusia akan bermakna jika diiringi kecerdikan memikirkan nasib di akherat. Jangan tertipu bujuk rayu hawa nafsu dan syetan sehingga menjadi cerdas yang semu) Rosullullah bersabda:
Secerdas-cerdas manusia ialah yang terbanyak ingatan kepada kematian serta terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdas dan mereka akan pergi kealam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akherat (HR. Ibnu Majah)


RINGAN BERIBADAH
Orang yang suka lupa akan kematian terasa berat beribadah karena ia dikejar-kejar kenikmatan duniawi. Baginya masalah akherat dianggapnya sia-sia.(tidak efisien) Kalaupun ada niat beribadah, ditunda-tunda menunggu nanti kalau sudah tua. padahal datangnya maut siapa tahu. Bisa jadi sore atau malam nanti maut datang. Bila sudah saatnya, kita tidak akan mampu mengundurkannya.Oleh karena itu janganlah menunda-nunda ibadah. Laksanakanlah kewajiban dengan segera seolah maut akan menjemput . Dengan bersikap demikian, beribadah akan terasa ringan. Nabi Muhammad SAW memberi petunjuk :
“ Jikalau engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu-nunngu datangnya waktu sore (untuk mencari bekal kematian) dan jikalau engkau diwaktu sore, maka janganlah menunggu-nunggu waktu pagi (untuk itu pula). Ambilah kemamfaatan sewaktu hidupmu ini untuk bekal kematianmu dan sewaktu masih sehat untuk bekal sakitmu” (HR.Ibnu Habban)

MENIMBULKAN KEZUHUDAN & BERMUJAHADAH
Hawa nafsu yang cenderung cinta kemewahan mendorong manusia menjadikan dunia sebagai tujuan. Hal seperti ini dipenuhi dengan keinginan dan panjang angan-angan tentang kemewahan. Dzikirnya : uang, uang lagi dan lagi uang dan hanya uang.
Pikiranya dipenuhi segala macam ketamakan, rakus, serakah, sikap demikian itu membuatnya tidak mau mensyukuri yang sudah ada dan melupakan akherat. Hati yang sudah dipenuhi cinta dunia, sulit mengingat Allah. Misalnya gelas yang penuh dengan air comberan /kotor maka air bersih tak bisa masuk lagi. Atau kalau air hitam maka jarum atau kotoran tak tampak kalau airnya bening maka akan tampak jarum atau paku /kotoran didalamnya. Dan ujung-ujungnya mengarahkan hidup menuju ke neraka Allah berfirman:
“Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya “ (QS: An Nazia’at: 37-39)
Hawa nafsu yang cinta dunia itu, hendaklah dikendalikan dengan mengingat mati. Dengan mengingat mati angan-angan panjang tentang kemewahan dunia akan dapat di kendalikan. Ingatlah pakaian mahal dan indah yang kita banggakan akan kita di tinggal dan menjadi barang tak berguna di alam kubur, sebab pakaian kita hanyalah lembaran kain kafan saja.
Kapling tanah yang luas juga akan berpisah, dan kita penghuni tanah dan liang sempit yang gelap sendirian. Dengan menyadari kenyataan masa depan yang akan kita hadapi itu, akan berkuranglah kecintaan kepada dunia sehingga tumbuh kezuhudan.sikap hidup bermujahadah
Bila cinta dunia membuat seseorang menjadi budaknya, takut mati dan cepat berputus asa , (Stres, Stroke `dan selesai.) sikap zuhud justru menjadikan seseorang berdaya menggunakannya sebagai alat mencari redho Allah SWT. Harta kekayaannya dan pangkat jabatannya tidak menimbulkan kesombongan, keangkuhan tetapi membuatnya Tawadhu , khawatir kalau-kalau ada hak,Rakyat dan fakir miskin yang belum tertunai. Segeralah ia tunaikan Zakat, infaq, dan shadaqah dengan ringan karena menyadari harta yang sesungguhnya bukan yang didunia ini tapi yang sudah ia amalkan. Dibelanjakan dijalan Allah / fisabilillah
Memfaat lain dengan senantiasa mengingat mati adalah mendorong kita beristighfar, memohon ampun, bertaubat kepada Allah, kesadaran akan datangnya kematian yang tak terduga membuat kita senantiasa waspada. Hidup kita terkontrol dan tidak lepas kendali. Mengingat mati dapat menghapus dosa. Rosulullah SAW bersabda:
Perbanyaklah mengingat kematian, sebab yang demikian itu akan menghapus dosa dan menyebabkan timbulnya kezuhudan di dunia (HR. Ibnu Abiddunya)
Memang mengingat mati membuat hidup kita bermakna dan jauh dari sia-sia, sedangkan melupakannya hanya akan mengakibatkan kita tertipu dalam kehidupan dunia yang fana dan sementara serta membawa kesengsaraan berkepanjangan di akherat yang kekal abadi.

Komentar