Hakekat Doa

Do'a merupakan sesuatu yang paling mulia di sisi Allah subhanahu wa ta'ala, yang Dia jadikan sebab untuk mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan. Nabi Muhammad shalallhu alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala daripada do'a" (HR. Ahamad, Bukharo, Tirmidzi, dan al-Hakim, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

Allah subhnahu wa ta'ala memerintahkan hamba-Nya untuk berdo'a.
Firman Allah subhanahu wa ta'ala:

"Dan Tuhanmu berfirman:"Berdo'alah kepada-Ku,niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina"". (QS. Al-Mukmin (40): 60)

Pada hakikatnya, do'a adalah membesarkan harapan kepada Allah subhanahu wa ta'ala dalam memenuhi hajat hidup di dunia dan akhirat, menghilangkan kesukaran, serta menolak hal-hal yang buruk, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi.

Dengan berdo'a berarti seseorang telah melakukan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta'ala -- Tuhan sekalian alam --, karena di dalam do'a terkandung pertautan hati kepada Allah subhanahu wa ta'ala, keikhlasan kepada-Nya, dan tidak berpaling kepada selain Allah azza wa jalla dalam mencari manfaat dan menolak bahaya.

Betapa penting kedudukan do'a, dan betapa besar pengaruhnya.
Dengan sebab inilah, maka Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Doa adalah ibadah" (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud, dari Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhu).

Dan sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam, "Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dihadapan Allah daripada do'a" (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan al-Hakim, dari Abu Hurairah rhadiyallahu 'anhu).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas rhadiyallahu 'anhu, ia berkata, "Aku diberitahu oleh Umar bin Khaththab, ia berkata, 'Pada hari terjadinya perang Badar, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memandang kaum musyrikin, mereka berjumlah seribu, sedangkan sahabatnya berjumlah 313 orang. Lalu Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam menghadap kiblat, kemudia menengadahkan tangannya dan berbisik kepada Tuhannya, 'Ya Allah, laksanakanlah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, datangkanlah apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau binasakan sekumpulan orang islam ini, maka tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi'. Beliau terus-menerus berbisik kepada Tuhannya dengan menengadahkan kedua tangannya menghadap kiblat sehingga kain rida'nya terjatuh dari kedua bahunya. Lalu Abu Bakar datang kepadanya, mengambil kain rida'nya, lalu menyampirkannya di atas bahu beliau. Kemudian Abu Bakar memeluk Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dari belakang dan berkata, 'Wahai Nabi Allah, cukuplah pengaduanmu itu kepada Tuhanmu. Sungguh, pasti Dia akan melaksanakan janji-Nya kepadamu. Maka Allah azza wa jalla menurunkan ayat,

"(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu :"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut"". (QS. Al-Anfal (8): 9) (HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian Allah subhanahu wa ta'ala megabulkan do'a Nabi shalallahu alaihi wasallam dan menolongnya dari musuh-musuhnya.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Do'a merupakan sebab paling kuat untuk menolak hal-hal yang tidak diinginkan, dan mendapatkan hal-hal yang dicari. Akan tetapi, kadang-kadang do'a tersebut tidak mempunyai pengaruh karena terdapat kelemahan diri orang yang berdo'a. Mungkin disebabkan do'anya tidak disukai oleh Allah subhanahu wa ta'ala karena mengandung unsure permusuhan. Bisa juga karena hatinya lemah, tidak sepenuhnya menghadap kepada Allah subhanahu wa ta'ala ketika berdo'a sehingga seperti busur panah yang lemah, maka anak panah yang dilepaskan pun juga lemah. Mungkin juga terdapat sesuatu yang menghalangi terkabulnya do'a, misalnya makanan yang dimakan haram, pakaian berasal dari yang haram, noda hitam dalam hati, atau kelalaiannya".

SYARAT-SYARAT TERKABULNYA DO'A

Do'a tidak akan diijabah oleh Allah subhanahu wa ta'ala kecuali jika memenuhi syarat-syaratnya. Baik pada do'a itu sendiri maupun pada diri orang yang berdo'a. Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1. IKHLAS, Berdo'a Hanya Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala Semata.

Do'a merupakan ibadah, bahkan termasuk ketaatan yang paling utama. Allah subhanahu wa ta'ala tidak menerima semua itu kecuali dilakukan dengan ikhlas mengharap ridha-Nya.

Firman Allah subhanahu wa ta'ala:

"Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah".(QS. Al-Jin (72): 18)

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Ketahuilah bahwa memohon kepada Allah azza wa jalla – tidak kepada yang lainnya – adalah memang sudah semestinya. Hal ini dikarenakan ketika berdo'a tampaklah kerendahan dan kebutuhan orang yang berdo'a kepada-Nya. Di dalamnya terdapat pula pengakuan terhadap kekauasaan Dzat Yang Dimohon untuk menghilangkan marabahaya (balak / musibah), memberikan apa yang dia minta, mendatangkan manfaat, dan mencegah mudharat. Sedang sikap merendah dan membutuhkan tidak pantas ditujukan kecuali kepada Allah subhanahu wa ta'ala semata-mata karena hal ini adalah hakikat ibadah" (Jami'al ulum wal hikam)

2. SABAR, dan Tidak Tergesa-gesa.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, ' Do'a seseorang diantara kalian akan selalu dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa, yakni mengatakan: Aku sudah berdo'a, namun tidak dikabulkan'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi shalallahu alaihi wasallam juga bersabda, "Do'a seorang hamba akan selalu dikabulkan selama ia tidak berdo'a mengenai sesuatu yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan kerabat, selagi ia tidak tergesa-gesa". Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana ia tergesa-gesa?". Beliau shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Ia mengatakan, 'Aku sudah berdo'a dan berdo'a, namun sepertinya Allah tidak megabulkan do'aku'. Lalu orang itu berhenti dan tidak lagi berdo'a" (HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

Sikap tergesa-gesa ini juga merupakan cermin berburuk sangka dan berputus asa kepada rahmat Allah subhanahu wa ta'ala. PAdahal Allah melarang hamba-Nya berputus asa terhadap rahmatnya.

Firman Allah subhanahu wa ta'ala:
"Katakanlah:"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah.Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Az-Zumar (39):53).

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, "Salah satu penyakit yang dapat menghalangi pengaruh do'a adalah sikap tergesa-gesa seorang hamba, dan menganggap bahwa do'a tidak kunjung dikabulkan, sehingga ia tidak lagi mau berdo'a. Hal ini sebagaimanaseorang menabur benih atau menanam tunas lalu ia selalu merawat dan menyiraminya. Kemudian tatkala ia merasa tanaman tersebut tak kunjung tumbuh sempurna dan membawa hasil, ia pun membiarkan dan mengabaikannya"(al-Jawabal Kahfi)

3. TAUBAT, dari Kemaksiatan

Syarat ini merupakan pilar yang sangat penting dalam mebangun do'a yang mustajab. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, "Dengan sikap wara' terhadap apa yang diharamkan oleh Allah, maka Allah akan menerima do'a dan tasbih"
4. Makanan, Minuman, dan Pakaian yang HALAL

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah Maha BAik, tidak menerima kecuali yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang Mukmin untuk melaksanakan apa yang Dia perintahkan kepada Rasul. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Mukminuun (23): 51)"

Kemudian beliau shalallahu alaihi wasallam menceritakan tentang seseorang yang menempuh perjalanan panjang, kumal dan berdebu. Ia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata, "Ya Rabb, ya Rabb, ya Rabb...", sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan makan dari rizki yang haram. Lalu bagaimana do'anya akan dikabulkan?" (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Sahl bin 'Abdullah rahimahullah berkata, "Barangsiapa makan makanan yang halal selama empat puluh pagi, niscaya do'anya akan dikabulkan".

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Makan, minum serta pakaian yang halal merupakan sebab dikabulkannya do'a".

5. BAIK SANGKA (Hudznuzhan) Kepada Allah subhanahu wa Ta'ala.

RAsulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Berdo'alah kalian kepada Allah dengan hati yang yakin akan dikabulkannya do'a, karena Allah tidak akan mengabulkan do'a dari hati yang lalai dan tidak bersungguh-sungguh" (HR. Tirmidzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Allah azza wa jalla berfirman, 'Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan menyertainya jika ia mengingat-Ku'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan, "Hadits ini mengandung dorongan dari Allah subhanahu wa ta'ala bagi hamba-hamba-Nya untuk berbaik sangka, dan bahwa Dia akam memperlakukan mereka sesuai dengan persangkaan mereka itu. Jadi, barangsiapa berbaik sangka kepada-Nya, maka Allah subhanahu wa ta'ala akan melimpahkan baginya kebaikan-kebaikan-Nya, mencurahkan karunia-karunia-Nya, dan menaburkan kemuliaan dan pemberian-Nya. Dan barangsiapa berburuk sangka keada-Nya, maka tentu Dia tidak akan berlaku demikian" (Tuhfat adz-Dzaakarin)

Firman Allah subhanahu wa ta'ala

"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku". (QS. Al-Baqarah (2): 152)


6. HATI yang Hadir dan Merenungkan Makna Ucapannya

Berdasarkan hadits Nabi shalallahu alaihi wasallam, Beliau bersabda, , "Berdo'alah kalian kepada Allah dengan hati yang yakin akan dikabulkannya do'a, karena Allah tidak akan mengabulkan do'a dari hati yang lalai dan tidak bersungguh-sungguh" (HR. Tirmidzi, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

7. Tidak BERLEBIH-LEBIHAN Dalam Berdo'a, Berendah Diri dengan Suara yang Lembut.

Yang dimaksud dengan tidak berlebih-lebihan adala setiap permintaan yang berlawanan dengan hikmatullah, mengandung suatu yang tidak selaras dengan syari'at dan perintah-Nya, atau mengandung sesuatu yang menyalahi apa yang telah dikabarkan-Nya. Firman Allah subhanahu wa ta'ala:

"Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas". (QS. Al-A'raaf (7): 55)

Misalnya:

- Meminta kepada Allah sesuatu yang tidak layak baginya, misalnya minta dijadikan seorang Nabi.
- Meminta sesuatu yang tidak diolehkan, misalnya meminta sesuatu dalam perkara yang haram
- Meminta kepada Allah dan kepada manusia. Ibnu Qayyim mengatakan, "Allah subhanahu wa ta'ala tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Mereka adalah orang-orang yang berdo'a kepada Allah juga meminta (berdo'a) kepada orang lain. Mereka inilah orang-rang yang melampaui batas"

8. Do'a Tidak Mengalahkan Perkara yang Wajib Bila Telah Tiba Waktunya

Misalnya sholat, memuliakan tamu, membantu orang yang terzalimi, dan lain sebagainya.

9. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya. Hendaklah kalian menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, atau (jika tidak), Allah subhanahu wa ta'ala akan mengirimkan adzab kepada kalian, kemudian kalian berdo'a kepada-Nya, tetapi do'a kalian tidak akan dikabulkan" (HR. Tirmidzi, dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu)

Para ulama sepakat bahwa meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar merupakan salah satu sebab yang mencegah terkabulnya do'a seseorang. Maka setiap Muslim yang benar-benar ingin do'anya terkabul hendaknya melakasanakan amar ma'ruf nahi mungkar.


Demikianlah hakikat do'a dan beberapa hal yang menjadi syarat bagi seorang Muslim dalam berdo'a agar do'anya dekat dengan ijabah Allah subhanahu wa ta'ala. Mudah-mudahan semua do'a-do'a yang kita panjatkan diijabah oleh Allah subhanahu wa ta'ala Yang Maha Mendengar, dan Dia Maha Tahu apa yang terbaik bagi diri kita... Amiin...

Wallahu'alam bishshawwab
Billahi taufiq wal hidayah

Semoga Bermanfaat...

Dinukil dari:
Amir bin Muhammad al-Madari, Do'a-do'a Mustajab Sapu Jagad, Citra Risalah, Yogyakarta, 2008.

Komentar