Menahan Airmata


2 Februari 2015

Diperjalanan menuju kampus, Wiend melihat ada seorang ibu yang menyeberang jalan demi menumpami angkot yang sama denganku. Begitu terburu-burunya ia sambil menabrak Wiend dan sempat melontarkan ucapan maaf. Pakaian seragam lengkap dan berhijab, menenteng sebungkus plastik dan sebuah kotak kecil, tak lupa sebuah tas layaknya wanita pada umumnya dan sebuah helm. Anyway tuh helm buat apa ya? Bukan soal itu sih yang wiend coba hubungkan dengan judulnya.

Ada pemandangan dari sisi lainna. Kira-kira 10 meter dari tempat pemandangan itu, ada seorang bocah sedang merengek sementara seorang wanita renta mencoba menghiburnya. Bocah ini kelihatan sedang ingin memaksa berlari sambil tak henti-hentinya menangis. Disebelahku pula, seorang wanita menatap dalam dari dalam sisi angkot.

Kamu tau? wanita yang didalam angkot adalah anak dari bocah yang menangis terisak-isak manakala sang nenek mencoba menenangkannya.

Begitu sekali ya perjuangan mencari nafkah.
Sebentar lagi, aku mungkin mengalami hal yang serupa saat harus melambaikan tangan tanda perpisahan sejenak kepada keluarga yang ditinggalkan demi sebuah pemenuhan kebutuhan atasnya.

Wah, kalian belum ngerasain yah?
Ntr deh, ditungguin aja waktunya..

Syukuri apa yang ada, semoga hari ini rezeki kita dimudahkan oleh Allah Swt...

Komentar